Materi Produksi Media Cetak
FiKom UNTAR 2012
MEDIA CETAK DI INDONESIA
Media cetak’ didefinisikan sebagai semua
materi yang dicetak
secara periodik seperti surat kabar dan majalah, dan secara kolektif dirujuk sebagai Pers (Hill dan Sen, 2000).
Surat kabar pertama yang tercatat dalam sejarah Indonesia adalah Medan
Prijaji yang digunakan sebagai suatu alat perlawanan pada jaman penjajahan Belanda.
Dalam perkembangannya, pers menjadi satu dari perangkat politik yang paling kuat. Ada suatu masa ketika surat kabar diafiliasikan dengan partai-partai politik.
Pada era Orde Baru, pers diawasi dengan ketat oleh pemerintah sebagai sebuah tanggapan terhadap tumbuhnya kelas-menengah yang melawan pemerintah.
Hingga turunnya Soeharto pada
tahun 1998, kepemilikan media, termasuk media cetak, masih terkonsentrasi di sebagian kecil
anggota elit politik dan mereka yang dekat dengan Presiden saja.
Setelah reformasi, tidak seperti
media penyiaran, media
cetak memiliki ruang
pertumbuhan yang cenderung lebih bebas. Setelah
reformasi tahun 1998, ijin untuk mendirikan perusahaan pers jauh lebih mudah diperoleh daripada ijin
untuk mendirikan perusahaan penyiaran, khususnya setelah penutupan Departemen Penerangan pada tahun
1998. Hal ini membuat media cetak berkembang pesat.
Ancaman New Media
Media cetak cenderung ditinggalkan
Media online bisa diakses dimana saja
Media online lebih menawarkan partisipasi publik
Media cetak alami penurunan tiras
Media Cetak di Indonesia
Media cetak masih menjadi acuan utama para pengambil keputusan
Tidak terjadi penurunan jumlah sirkulasi. Pada media-media cetak utama
Media cetak melakukan antisipasi dengan membuat media online
”Orang masih ingin di
toilet baca koran, bukan lihat tablet gitu. Kalau kecemplung jadi berabe. Kalau
koran kan bisa dijemur,
atau beli lagi. Orang masih ingin duduk di kereta sambil
baca koran. Orang masih mengkliping
dokumennya … Jadi koran punya ikatan emosional dengan peradaban manusia“ (Dandhy Dwi Laksono, WatchDoc)
No comments:
Post a Comment