Beberapa artikel mengenai krisis PT. Exxon, kasus
tumpahnya minyak dari kapal tanker Exxon Valdez di
wilayah Alaska
Tugas Manajemen Isu dan Krisis
FiKom UNTAR 2012
Ganti Rugi
Kerusakan Lingkungan Dalam Kasus Exxon-Valdez Dibatasi
Kasus tumpahnya minyak dari
Supertanker milik Exxon di lepas pantai Alaska pada 23 Maret 1989 telah menjadi
perhatian pemerhati lingkungan. Sampai saat ini, tumpahnya minyak ke laut yang
dilakukan oleh Kapal Exxon itu adalah yang terbesar: lebih dari 12 juta gallon
minyak mentah. Berbagai tuntutan telah dialamatkan ke Exxon, terutama oleh para
pihak yang menggantungkan hidupnya dari laut Prince Willian Sound, Alaska.
Exxon sendiri telah menghabiskan dana lebih dari $ 2,1 miliar untuk
membersihkan lingkungan laut dari tumpahan minyak. Ia juga harus berhadapan
dengan pemerintah Amerika dan Alaska yang mengejar Exxon terlibat dalam
perbuatan pidana yang bertentangan dengan Clean Water Act, the Refuse
Act, dan Migratory Bird Treaty Act.Exxon mengaku bersalah dan membayar
denda $ 150juta [kemudian direvisi menjadi $ 25juta dan restitusi $100juta].
Tak berhenti di sana, Pemerintah
Amerika dan Alaska kemudian mengajukan tuntutan perdata atas dasar terjadinya
kerusakan lingkungan, yang hasilnya membuat Exxon harus merogoh kocek sebesar $
900juta sebagai biaya perbaikan lingkungan. Selain itu, ia juga harus membayar
restitusi kepada nelayan dan pihak lainnya sebesar $ 303juta.
Satu kasus lain dikonsolidasikan
[yang kebanyakan penuntutnya adalah para pihak yang dirugikan secara langsung
oleh tumpahan minyak itu: nelayan, penduduk asli Alaska dan pemilik lahan; yang
jumlahnya mencapai 32ribu orang] dan diajukan untuk meminta kompensasi kepada
Exxon. Di pengadilan pertama di Alaska, Exxon terbukti bersalah melakukan
kelalaian yang menyebabkan terjadinya kerugian di pihak lain. Kelalaian ini
sebenarnya dilakukan oleh Kapten Kapal Supertanker itu, Joseph Hazelwood, yang
pada saat kapal melakukan manuver malah meninggalkan kabin dan terbukti sedang
mabuk. Namun, karena Joseph Hazelwood sedang bekerja berdasarkan kontrak yang
disetujui dengan Exxon, maka Exxon juga kena getahnya sebagai bentuk tanggung
jawab perusahaan. Exxon karenanya diharuskan membayar lebih dari $287juta
sebagai kompensasi [ganti rugi] bagi para nelayan, $20juta bagi penduduk alaska
dan lebih dari $200juta bagi pemilik lahan; atau keseluruhannya mencapai
$507.2juta.Selain itu, karena terbukti lalai, Exxon juga terkena hukuman bayar
ganti rugi kerusakan [punitive damage] sebesar $ 5 miliar sedangkan
Joseph Hazelwood dikenakan $ 5000.
Keputusan bahwa Exxon terbukti
melakukan kelalaian diperkuat oleh Pengadilan Banding, namun
besarnya ganti rugi kerusakan itu diturunkan menjadi setengahnya [$ 2,5 miliar]. Exxon
kemudian mengambil langkah "kasasi" ke MA-USA untuk mempertanyakan
apakah ganti rugi itu melewati batas yang seharusnya diberikan dalam hukum
kelautan, apakah biaya ganti rugi dibatasi oleh hukum federal [Clean
Water Act] dan apakah pemilik kapal bertanggung jawab atas kerugian yang
terjadi di luar persetujuannya [yang dilakukan oleh bawahannya].
Dalam hal besarnya ganti rugi itu,
Exxon merasa bahwa besarnya ganti rugi yang harus dibayarkannya telah melewati
tujuan yang diinginkan dengan adanya ganti rugi kerusakan itu, yakni
menghalangi terjadinya perbuatan tidak baik atau akibat meningkatnya ancaman
kerusakan.
Keputusan para hakim MA pada 25 Juni 2008 tentang
apakah pemilik kapal bertanggung jawab atas perbuatan bawahannya ternyata sama
kuat sehingga MA-USA tidak mengambil keputusan dalam masalah ini, sehingga
keputusan di pengadilan di bawahnya tetap sebagaimana adanya. Dalam keputusan
lain, MA -USA menegaskan tidak adanya pembatasan berapa ganti rugi kerusakan
yang harus dibayarkan. Namun, dalam kasus ini, yang berhubungan dengan hukum
kelautan, MA-USA menyatakan bahwa pembatasan harus dilakukan dengan
perbandingan 1:1, dimana biaya ganti rugi harus seimbang dengan biaya
kompensasi yang telah dibayarkan. Dengan kata lain, Exxon hanya wajib membayar
ganti rugi kerugian sebesar $507.2juta; yang kemudian ditetapkan sebagai
putusan hakim
pengadilan banding pada 15 Juni 2009. Pada putusan banding itu pula
ditetapkan bahwa bunga atas punitive damage itu ditetapkan sejak tahun 1996.
Setelah perdebatan tentang apakah
biaya punitive damage yang diberikan kepada Exxon terlalu besar dilihat dari
usaha yang sudah dilakukan oleh Exxon untuk mengurangi dampak kerusakan
lingkungan serta biaya2 lainnya, putusan MA-AS itu juga menimbulkan polemik.
Walaupun ada pihak yang berpendapat keputusan itu hanya berlaku
bagi hukum kelautan saja, tetapi tetap saja keputusan itu [di negara yang
menganut judge-made law] dapat memberikan arahan pada hakim ketika
menghadapi kasus serupa, berurusan dengan tuntutan punitive damage yang sangat
besar. Ketika pemberian kompensasi sudah bisa menafsirkan adanya "ganti
rugi" dari penuntut, maka punitive damage, yang berfungsi untuk mencegah
kejadian serupa terjadi kembali, memang tidak seharusnya melewati biaya
kompensasi itu.
Tapi, apakah harga-harga itu memang
dapat merefleksikan hancurnya ekosistem Prince William Sound? Tepatnya, apakah
biaya yang dikeluarkan oleh Exxon layak untuk menggantikan kerusakan lingkungan
di wilayah perairan tersebut yang kemudian menghancurkan pula keadaan sosial
masyarakat sekitarnya, yang kesemuanya itu celakanya diawali oleh kecerobohan
Exxon sendiri? Apakah $507.2juta sebagai punitive damage pada Exxon benar-benar
akan mencegah Exxon untuk tidak mengulang kejadian serupa di masa depan?
Kapal Valdez itu sendiri tidak
mengalami kerusakan berarti, ia bisa diperbaiki dan diberi nama berkali-kali
untuk akhirnya berhenti di nama "SeaRiver Mediteranian". Kemudian
selama kurang lebih 12 tahun, ia bekerja mengantar minyak Exxon untuk rute
Teluk Persia - Jepang, Singapura, Australia. Pada tahun 2002, Exxon
memesiunkannya, namun banyak pihak yang percaya bahwa kapal Valdez itu tetap
beroperasi dengan bendera negara asing.
Dilaporkan oleh Mumu Muhajir
THE EXXON KRISIS, 1989
Pada
tanggal 24 Maret 1989, Exxon dihadapkan dengan krisis ketika tumpah 11 juta
galon minyak ke Alaska Prince William Sound dengan kapal tanker minyak Exxon
Valdez. Beberapa spesies yang sedikit terpengaruh oleh tumpahan minyak seperti
beruang coklat, tetapi yang lain seperti pelabuhan segel, Berang-berang laut
dan kormoran menderita kerugian besar dalam populasi mereka. Selanjutnya,
perikanan Alaska, taman nasional, pantai, dan hutan yang sangat terpengaruh,
yang pada gilirannya mempengaruhi pariwisata (Fritz-Gerald Piquion)
Salah
satu anggota awak tidak mampu untuk benar manuver kapal karena kelelahan dari
kelebihan beban kerja. Juga, master kru berada di bawah pengaruh alkohol dan
tidak bisa memberikan arah yang tepat untuk krunya. Meskipun kesalahan terjadi
sekali di kapal, salah satu kesalahan adalah kekurangan pasokan Exxon anggota
awak terlatih dan ketersediaan peralatan yang tidak memadai di kapal.
(Fritz-Gerald Piquion)
Reaksi:
Exxon vs Tylenol
Salah
satu Johnson dan Johnson krisis teknik manajemen dengan gangguan dari kapsul
Tylenol, yang sangat efektif adalah respon cepat terhadap tamper produk. Exxon
di sisi lain, menunggu lama sebelum menanggapi tumpahan minyak dan mengirimkan
bantuan ke Alaska. Sebagai contoh, sebuah iklan di surat kabar berlari 10 hari
setelah tumpahan, dan ketua Exxon, Lawrence G. Rawl, tidak terbang ke Alaska
sampai dua minggu setelah tumpahan. Sebaliknya, dia mengirim sebuah tim dari individu-individu
yang tidak terlatih dalam manajemen krisis. Ini menunjukkan kepada publik bahwa
Exxon tidak menganggap tumpahan masalah yang benar-benar lingkungan.
Selain
itu, komunikasi antara manajemen dengan publiknya tidak efisien. Exxon memilih
untuk berkomunikasi hanya kepada orang-orang dari kota Valdez dan tidak ke
seluruh dunia. Ini membuat penyebaran informasi yang sulit. Tidak seperti
Johnson & Johnson, yang segera mengingat produk dan membuat pengumuman
publik tentang penghentian penggunaan melalui berbagai media.
Ini
adalah tugas dari perusahaan untuk melaporkan kepada publik dan tanggung jawab
wartawan untuk memperoleh informasi tentang hal tersebut kepada
mendistribusikannya kepada penduduk. Ketika Juru bicara Exxon pertama menjawab
pers dengan "no comment" setelah tumpahan, butuh kredibilitas dari
perusahaan dan membuat nuansa umum seperti manajemen puncak itu baik
menyembunyikan sesuatu atau belum mengumpulkan semua informasi.
Akhirnya,
Exxon tidak pernah mengambil tanggung jawab atas apa yang terjadi. Di sisi
lain, itu terbukti Tylenol yang tidak terkait dengan gangguan, namun masih
dianggap bertanggung jawab segera. Hal ini pada gilirannya memulihkan
kepercayaan konsumen tentang keamanan produknya. Exxon benar-benar gagal di
tugas ini karena butuh beberapa hari untuk mengirim orang untuk membantu
membersihkan tumpahan minyak di Alaska. Hal ini terbukti masyarakat Alaska dan
dunia yang tidak peduli dengan lingkungan atau kerusakan pada industri
pariwisata dan perikanan di Alaska, yang negara sangat tergantung pada.
(Sumber: John Holusha, NY Times).